Jnonews-Industri perhotelan di Indonesia menghadapi tantangan berat pada tahun 2025, terutama akibat kebijakan pemangkasan anggaran pemerintah. Berkurangnya penggunaan fasilitas MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) secara drastis telah memengaruhi tingkat okupansi hotel, terutama dari segmen instansi pemerintah yang sebelumnya menjadi sumber utama pendapatan.
Beberapa dampak yang dirasakan industri perhotelan antara lain:
Merosotnya pendapatan: Lebih dari separuh hotel mengalami penurunan pemasukan lebih dari 10% pada akhir 2024, sementara 30% melaporkan penurunan lebih dari 40% pada awal 2025.
Gelombang PHK: Sekitar 88% hotel memperkirakan akan melakukan pemutusan hubungan kerja guna menekan biaya operasional.
Kesulitan finansial: Sebanyak 58% hotel berisiko gagal membayar pinjaman bank, sementara 48% khawatir akan tutup akibat kerugian operasional yang terus membengkak.
Efek domino ke sektor lain: Disrupsi dalam bisnis perhotelan juga berdampak pada rantai pasok, termasuk pemasok makanan dan minuman serta layanan transportasi.
Mayoritas pelaku usaha memperkirakan situasi ini akan berlanjut setidaknya selama enam bulan ke depan. Tanpa intervensi pemerintah atau peningkatan jumlah wisatawan domestik, pemulihan industri perhotelan masih menjadi tantangan besar.(Redaksi:Jnonews)