JNO Mojokerto | Ledakan isu mengguncang KONI Kabupaten Mojokerto .
Dugaan gratifikasi. RAB bermasalah. Barang tak sesuai anggaran.
Semua dibongkar LBH CCI Herianto.
Semua diabaikan Ketua KONI Imam suyono.
Dalam forum resmi di Kampus KH Abdul Chalim, Imam Suyono bicara soal aturan dana hibah. Benar secara prosedur, kata LBH CCI. Tapi... isu panas justru disapu di bawah karpet.
Sepatu. Nasi kotak. Vendor.
Dugaan penyimpangan yang nilainya jutaan rupiah.
Tak satu pun keluar dari mulut Ketua KONI.
Sekretaris LBH CCI, Heri, langsung menohok:
“Benar, dana hibah KONI belum bisa kami proses.karena dana hibah tahun 2025 ini masih berjalan,Tapi publik berhak tahu, kenapa dugaan pembelian sepatu dan nasi kotak yang tak sesuai RAB, dan isu gratifikasi, tidak disentuh sama sekali?”
LBH CCI mengunci targetnya:
RAB Bermasalah: Barang tak sesuai anggaran.
Gratifikasi Vendor: Dugaan “uang terima kasih” yang tak pernah dibuka ke publik.
Transparansi: Tutup celah gelap dalam penggunaan dana hibah.
Lalu muncul Kyai Asep. Membela Imam Suyono. Menyebut sambutannya jujur. Menepis berita miring. Tameng hidup di tengah badai isu.
Tapi LBH CCI menegaskan: mereka tidak menyerang.
“Apa yang kami lakukan ini karena cinta pada KONI. Kami ingin KONI jadi organisasi yang lebih baik, transparan, dan dipercaya publik,” ujar Heri.
Kini, bola panas ada di meja Ketua KONI.
Diam, atau bicara.
Buka semua fakta, atau biarkan rumor berubah jadi keyakinan.
Publik menunggu. Waktu terus berjalan. (red Jno news Hr)